Aku heran kenapa semua orang disini sangat baik padaku. Padahal mereka baru saja kenal aku. Begitu pula dengan dian, cewek tomboy yang sedikit aneh itu juga berubah sifatnya. Dan aku masih bertanya-tanya kenapa mereka sering memanggilku dengan nama chika. Siapa sebenarnya chika itu? Sebegitu berartikah gadis itu sampai-sampai mereka menganggapku chika.
Hari itu sudah satu bulan aku berteman dengan mereka. Selama aku merasa nyaman dengan kebaikan mereka aku tak terlau risih dengan panggilan mereka terhadapku. Tapi kini usai sudah, aku bukanlah chika tapi aku visya.
Hari ini hari yang sangat aneh bagiku. Dari awal aku berada disini belum pernah aku melihat pak arya tersenyum manis padaku. Tapi hari ini dia tersenyum entah pada siapa yang pasti aku dapat melihat senyum manis dari bibirnya. Tak hanya itu Pak arya datang menghampiriku dan berbincang-bincang denganku. Tak kusangka asyik juga ngobrol dengan guru yang satu ini. Malu aku tiap saat dia memandangku dan menatap kedua mataku. Deg-degan dan aku merasa ada suatu perasaan yang kembali hadir saat dia menatap mataku.
Aku mencoba bertanya pada meta, teman sebangku aku. “sebenarnya siapa chika itu? Kenapa semua selalu memanggilku dengan nama itu? Apakah dia mirip denganku?” meta hanya tersenyum dan tak menjawab dengan sepatah kata pun karena disaat yang sama pak diki memasukki kelas. pak diki pun juga bersikap berbeda padaku hari ini. Sungguh hari yang membuatku bingung. Aku menerka-nerka apa yang sebenarnya terjadi pada hari ini, tapi otakku tak sanggup untuk berlama-lama memikirkan hal itu.
Saat pulang sekolah aku kembali bertanya, bukan pada meta tapi pada sholeh. Cowok gagap yang baik hati dan selalu membantuku. “sebenarnya siapa chika itu? Kenapa semua selalu memanggilku dengan nama itu? Apakah dia mirip denganku? Kali ini bukan senyuman yang aku dapat melainkan tepukan tangan sholeh di bahuku. “ya ampunnn, kapan aku dapatkan jawaban yang pasti dari pertanyaanku itu?” “chika, aku pulang dulu yah…” sapa vina padaku. Huftz…
Aku berjalan sambil terus berfikir jawaban yang mungkin dari pertanyaanku itu. Namun seseorang berhenti di depan dan menghadangku. “ayo naik” kata orang itu. Aku melihat dari ujung kaki hingga ujung kepalanya, ternyata itu pak arya. aku hanya diam dan tersenyum saat mengetahuinya. Kembali pak arya mengatakan “ayo naik, aku antar kamu pulang” aku menolak ajakan pak arya dan meninggalkan pak arya begitu saja sambil terus berjalan.
Ugh, stupid banget harusnya aku tadi bisa memanfaatkan pak arya untuk mendapat jawaban siapa sebenarnya chika itu.
Sampai rumah aku langsung membaringkan tubuh lelahku di sofa.
“terima kasih kamu telah membuatnya kembali tersenyum, tolong jaga dia sayangi dia selagi itu bisa. Jangan buat senyumannya hilang dan mengundang keterpurukan di dirinya”
“kamu siapa?”
“aku adalah kamu.”
“maksud kamu apa?”
“terima kasih atas kehadiranmu di sisinya”
Sesosok gadis cantik dan anggun menghampiriku dan tak lama kemudian dia pergi. Entah siapa dia tapi mimpi itu cukup membuat tidurku tak nyenyak dan langsung terbangun. “tuhaannn, apalagi ini? Kenapa akhir-akhir ini banyak kejadian aneh yang aku rasakan? Aku langsung pergi ke kamar mandi untuk cuci muka. Saat memasuki kamar tidurku suara nyaring terdengar dan itu sungguh membuatku kaget. Suara dari hp ku meberitahuku akan satu message diterima. Huh bikin jantung mau copot aja.
Satu pesan dari seseorang tanpa nama. “aku ada di dekat rumahmu, boleh aku mampir?” aku membalas “kamu siapa” messageku pun dibalas dan ternyata itu pak arya. hah pak arya? dari mana dapat nomor ponselku? Karena merasa gak enak, akhirnya aku pun membolehkan dia untuk mampir.
“Ehm, silahkan masuk pak.”
“ini rumah kamu? Tinggal sama siapa saja?”
“hanya sama bunda,”
“ayahmu?”
“ayah udah meninggal saat aku kelas 2 smp”
“ohh maaf sayang, aku gak tau”
“ahh? Ohh iya gak papa pak”
Aku sempat kaget saat dia menagatakan sayang. Namun aku tak terlalu memikirkan perkataan itu. Perasan itu kembali hadir di sela-sela aku dan pak arya. perasaan yang aku pun tak mengerti. Namun yang pasti rasa itu memberikan ketenangan saat di dekat pak arya. ohh tuhannn apa-apaan ini? Jantungku berdebar sangat cepat, jari jemariku terasa kaku dan dingin. Huftz…
Sepulangnya pak arya aku merasa sangat bahagia. Sepintas terpikir olehku tentang mimpiku tadi. Siapa cewek itu? Kenapa dia berterima kasih padaku? Namun kembali aku gagal menerkanya seseorang mengetuk pintu rumahku. Ternyata bundaku. Aku pun menceritakan semua kejadian yang aku anggap aneh pada bunda, tapi dia hanya tersenyum dan tak mengomentari apapun.
1 bulan kemudian,
Aku melangkahkan kaki melewati pintu gerbang sekolah. Dan disana telah ada pak arya yang telah menungguku. Akhirnya kita masuk ke sekolah bersama. Yupz, benar aku dan pak arya telah jadian. Tepatnya sudah 2 minggu lalu. Hari-hariku sangat indah bersamanya, terlebih saat dia mengajar di kelasku. Walaupun kita jadian tapi kita tetap professional dan bersikap layaknya guru dengan murid. Banyak teman yang menaruh curiga denganku tak sedikit dari mereka juga menginterogasi tentang kedekatanku dengan pak arya. namun dengan berjalannya waktu mereka membiarkan hubunganku itu. “sya, pulang bareng yuk.” Ajak vina. Heran aku karena dia jarang banget bicara denganku. Aku hanya tersenyum dan bilang “next time aja yah vin, aku udah ada jan~” belum selesai aku berkata dia langsung menyambar “janji ma pak arya yah?” Sedikit canggung buat bilang iya tapi ternyata dia udah paham. “ya udah aku duluan yah” sambungnya.
Saat aku berjalan entah berapa langkah aku melihat sesosok cewek tersenyum manis dari kejauhanku. Sepintas aku ingat dengan mimpiku beberapa waktu lalu. saat aku berpaling untuk berfikir entah kemana perginya cewek itu. Belum sempat aku tau kemana perginya pak arya datang dan menggandeng tanganku. “ayo pulang, ngapain bengong aja disini ntar kemasukkan kamu” tak berkata apapun diriku akhirnya aku pun pulang.
Aku merebahkan tubuhku di atas sofa di kamar tidur, belum sampai terpejam mataku aku kembali melihat bayangan sesosok cewek yang tadi tersenyum padaku. Dia mengulurkan tangannya dan sepertinya dia ingin memberiku sesuatu. Saat aku menghampirinya dengan rasa takut senyumnya makin lebar membuat bulu-bulu di sekujur tubuhku berdiri. Langkah demi langkah aku bejalan disaat akan sampai pada tangannya, suara ponselku berbunyi. Ah!! Aku langsung memalingkan diriku melihat ponselku, saat aku kembali menghadap cewek itu, lagi-lagi dia telah menghilang. Aku mengambil ponsel dan ternyata pak arya yang menelfon.
Aku menunggu kedatangan pak arya di sebuah taman dekat kota, sambil menunggunya aku pun mendengarkan musik dari hp. Kedatangan pak arya tak aku sadari dan pak arya pun tak mau menyadarkan aku. Saat aku membuka mata bayangan itu yang muncul. Ah!! Aku menengok ke kiri dan disitulah pak arya duduk menatapku dengan penuh cinta. Disana aku bercanda gurau dengannya dan benar dia bagaikan malaikat yang tuhan kirim untuk gadis seperti diriku. Sesekali aku bergumam dalam hati mensyukuri kehidupanku saat ini dengan kehadirannya, dengan cintanya dan seluruh yang ada di dirinya. Dia memberiku arti hidup yang belum pernah aku rasakan. Senyumannya yang mampu meluluhkan pendirianku selama ini.
Sepanjang sore hingga menjelang magrib aku bersamanya menghabiskan waktu yang terasa sangat singkat di tengah-tengah keramaian kota. Dan pada akhirnya dia mengantarku pulang dan meninggalkan diriku dengan sebuah kecupan manis di keningku. “good night” suara itu membisik di telinga dengan lembut. Aku pun membalas dengan daratan ciuman lembut di pipinya, “night too, be carefull”. Kembali senyumnya mengiringi langkah demi langkahnya.
Bunda menyambutku dengan menahan senyumnya. “kamu bahagia dengannya?” dengan malu-malu aku mengangguk, “he’em bund”. “Hmmmh ya udah kamu mandi dulu sana bunda masakin makanan favoritmu”, lanjut bunda. Aku pun pergi ke kamar dan lekas mandi. Saat akan merapikan rambut, aku melihat sebuah message dari pak arya. “I LOVE U” hanya kata itu yang dia kirimkan, aku pun hanya tersenyum saaat membaca pesan darinya. “LOVE U so much” itulah yang aku kirimkan ke dia. Bunda telah memanggilku dengan cepat aku meninggalkan hp’ku namun kembali bayangan cewek itu hadir dengan senyuman khasnya. Ketakutanku muncul dan aku tak menghiraukannya aku langsung pergi menemui bunda.
Selesai makan malam aku kembali ke kamar, saat membuka laci aku melihat secarik kertas berisi alamat seorang pendonor hati dan mata. Aku pun menanyakannya pada bunda dan bunda menjelaskan secara detail padaku. Aku pun paham dan berniat untuk mendatangi alamat tersebut.
Di sekolah aku hanya bercerita pada meta, saat aku beri tahu alamat tersebut dia kaget dan seperti mengingat sesuatu yang aku pun tak tau. “kamu tau kan alamat ini? Ntar antarin aku kesana yah. Mau yah met.. pleaseee” pintaku pada gadis baik tersebut. “aku hanya bisa nganter kamu sampai depan rumahnya doank sya, aku gak bisa nemani kamu masuk rumah itu karena nanti aku ada janji buat nemenin mamaku ke bandara.” Sahutnya. “hmmh oke deh gak papa” jawabku.
Sepulang sekolah aku dan meta langsung menghampiri alamat tersebut dan meta meninggalkanku di depan sebuah rumah yang tak terlalu megah. Aku masuk ke rumah itu dan sungguh mengagetkan seorang wanita seumuran bunda langsung membuka pintu seperti dia telah mengetahui kedatanganku. Dia pun mempersilahkanku untuk masuk dan belum satu kata pun aku keluarkan dia tau jika aku adalah orang yang menerima donor hati dan mata dari anaknya yang meninggal.
“kamu pasti visya, iya kan?” tanyanya.
“ehmm iya tante, tante ini siapa, kok tante tau? Padahal kan visya baru kali pertama ke sini.”
“ya tau lah, kamu bisa panggil saya tante rin. Hmmh, beberapa bulan lalu anak tante meninggal dan tante mendonorkan matanya untuk anak seusianya yang buta akibat kecelakaan.”
“gak hanya itu, setelah tante tau ternyata anak tersebut juga menderita penyakit sirosis, pembekuan pada hati. Tante pun berniat untuk memberikan hati anak tante padanya. Dan anak itu kamu sayang” ceritanya padaku sambil membelai rambutku yang terurai.
“ehmm tante, terus sekarang tante tinggal sama siapa?”
“tante sendirian, suami tante meninggal satu tahun sebelum anak tante meninggal”
“tante, visya kapan-kapan main lagi kesini yah, visya mau nemenin tante. Biar tante gak kesepian” ucapku pada wanita itu.
“dengan senang hati tante akan selalu menyambut kedatanganmu disini.”
“ya udah visya pulang dulu yah tante, kapan-kapan tante main juga di rumah visya.”
Aku pun melangkahkan kaki keluar dari rumah itu dan langsung pulang. Di arah yang berlawanan aku melihat pak arya entah dia mau kemana. Saat hendak mengirim message ke dia ternyata hp’ku lowbat. Ishhh akhirnya aku pulang sambil terus berpikir tempat yang akan dituju pak arya.
Keesokan harinya sepulang sekolah aku meminta pak arya menemani aku pergi ke danau. Tapi pak arya menolak dengan alasan dia ada janji dengan seseorang. Aku pun curiga dan berniat untuk mengikuti perjalanan pak arya sembunyi-sembunyi. Aku sempat heran karena pak arya melewati jalan yang kemarin, dan aku berhenti mengikuti langkahnya di sebuah tikungan. Aku tak meneruskan langkah kakiku karena aku takut dia kan mengetahui keberadaanku. Aku pun kembali pulang dengan rasa curiga.
Sesampai di rumah aku duduk di depan meja belajarku dan menatap foto pak arya. aku bertanya-tanya tentang apa yang sebenarnya terjadi pada foto itu, saking kesalnya aku melempar foto itu ke dalam tempat sampah yang ada di kamarku. Namun rasa sayang yang menyuruhku untuk mengambil kembali foto itu dan mendekap foto itu dalam tidur malamku.
“kemaren sore kemana?”
“ke rumah teman.”
“bo’ong”
“beneran sayang, aku gak bo’ong”
Aku meninggalkan pak arya dengan muka cemberut. Dan yang lebih mengesalkan lagi dia tak selangkah pun beranjak dari tempatnya berdiri. Aku terus melangkahkan kakiku menjauhi pak arya. saat istirahat aku pergi ke halaman belakang sekolah dan disana aku mendengar suara seorang cewek bersenandung merdu. Sesekali ketakutanku muncul namun terlalu merdunya suara itu hingga aku merasa sangat tenang dan rileks.
Saat pulang sekolah aku langsung meninggalkan sekolah tanpa memberitahu pak arya. aku berniat mendatangi rumah tante rin. Dan kembali aku melihat pak arya berjalan melewati tikungan yang kemarin sore. Sempat kesal karena tak ada satu message pun dari pak arya. aku berlari berharap masih melihat jejak pak arya namun aku kehilangan jejaknya.
Karena kesal aku mengurungkan niatku menemui tante rin dan aku menyuruh supir pribadi bunda menjemputku. Sampai di rumah aku masuk dengan kesal dan membanting pintu kamar. Dan saat itu aku mulai berfikir kalau pak arya menghianati aku. Aku pun menagis sejadi-jadinya tanpa menghiraukan jika orang lain akan terganggu dengan suara tangisanku. Untunglah bunda tak ada di rumah jadi aku tak perlu takut mengeluarkan suara yang super itu.
Kecurigaanku bertambah besar kala aku sering melihat pak arya melewati jalan tersebut. Tapi kali ini aku tak ragu untuk meneruskan langkahku. Aku terus berjalan sampai aku tiba di depan rumah tante rin. Ada satu motor di halaman tersebut namun aku tak menyadari itu milik pak arya. aku pun langsung masuk dan seketika langkah kakiku menjadi kaku karena aku melihat pak arya di rumah tante rin itu. Aku mengundurkan kaki dan tak ingin memasukki rumah itu terlebih dahulu.
Aku mendengar semua pembicaraan dua orang tersebut. Dan ternyata mereka membicarakan tentang aku. Aku semakin penasaran dan terus menguping pembicaraan mereka. Sesekali mereka membahas chika juga. Namun saking penasarannya kepalaku tebentur pada sebuah pintu jendela. Auhh!! Langsung aku menutup mulutku dan berjalan menghindar. Tak lama setelah itu pak arya keluar rumah, dan aku memberanikan diri untuk menemui tante rin.
“sore tante”
“visya.. sini masuk”
“tante tadi visya liat cowok keluar dari rumah tante, kalau visya boleh tau dia siapa yah tante?”
“ohh itu namanya arya, dia pacar anak tante dulu sebelum dia meninggal. Awalnya tante gak suka anak tante pacaran dengan dia tapi akhirnya tante restui karena itu kebahagiaan anak tante. Walau anak tante udah meninggal dia masih sering mengunjungi tante disini. Udah tante anggap anak tante sendiri.”
“kalau boleh visya ingin mengetahui kisah anak tante dengan cowok itu tadi tante”
“dulu mereka satu sekolah, dia itu gurunya anak tante. Dia perhatian banget pada anak tante sampai-sampai mereka jatuh cinta. Suatu malam mereka pergi berdua dan sepulangnya dia mencium anak tante. Walaupun dia tidak berhasil mencium anak tante, tante tetap tidak suka hal itu. Dan tante melarangnya berhubungan dengan cowok itu. Namun mereka masih terus berhubungan dan tante sadar akan cinta mereka akhirnya tante mengijinkan mereka berpacaran. Tak lama setelah mereka mendapat izin tante, anak tante terjatuh dalam jurang belakang sekolah dan dia meninggal seketika”
“ehmm tante udah cukup ceritanya. Visya gak mau lihat tante menangis. Udah yah tante, visya ambilin tante air putih”
“visya kamu udah tante anggap anak tante sendiri. Kamu pengganti chika”
“chika?”
“iyah, anak tante chika namanya”
Waktu udah menjelang magrib, aku pun pamit pulang dan di perjalanan aku mencoba menarik kesimpulan dari cerita tadi. Aku pun menerka jika nama chika yang sering mereka panggil untukku adalah chika anak tante rin, yang sejatinya adalah orang yang telah mendonorkan mata dan hatinya untukku. Dan aku menerka gadis yang mendatangiku dalam mimpi itu adalah chika.
Di sekolah aku menghampiri pak arya dan menceritakan semua yang aku rasakan beberapa hari ini. Tanpa aku sadari pak arya langsung paham dan dia menjelaskan tentang semuanya. Dia menjelaskan tentang masa lalunya bersama chika. Dia juga cerita tentang tragedi kematian chika yang sangat cepat. Namun kepercayaanku berubah menjadi kecurigaan aku curiga jika dia selama ini hanya melihat sisi chika dari diriku dan dia tidak mencintaiku melainkan chika. Chika yang walaupun telah meninggal tapi hati dan matanya masih hidup dalam diriku.
Aku pun mendatangi jurang yang membuat chika meninggal. Aku melampiaskan kemarahanku disana.
“aarrgghh… kenapa Kau begitu kejam padaku tuhann. Apa salahku? Kau memberiku kesempatan untuk dapat melihat kuasa-Mu dengan mata orang lain. Kau memberiku kesempatan untuk dapat merasakan cinta dan kasih sayang dengan hati orang lain. Aku mensyukuri semua itu Tuhannn, tapi kenapa kini Kau berikan aku balasan dengan rasa sakit yang sangat dalam. Hati ini bukanlah milikku, tapi aku masih bisa merasakan rasa cinta untuk orang lain yang bukan dari hati ini. Baik ataukah kejam diriku ini? Di sisi lain aku dapat membiarkan seseorang mencintaiku tapi apakah chika menerima ini tuhann? Dia sering menghampiriku apakah itu artinya dia iklas atau justru dia marah? Aarrrggghhh… Kau kejam tuhannn. Aku marah pada-MU..”
Tersungkur diriku menghadap jurang tersebut. Dan benar hamper saja diriku terjatuh namun seseorang berhasil menarikku. Seseorang yang selama ini menghantuiku. Ya, chika.
“kauuu, kau kah chika?”
“kau kah yang memberikan mata dan hati ini?”
“iyah, akulah chika. Tuhan mempercayakan padaku untuk memberimu kesempatan untuk kembali dapat melihat isi dunia dan merasakan indahnya cinta. Dan aku pula yang selama ini menghantuimu. Niatku bukanlah menakutimu melainkan ingin mengarahkanmu untuk dapat membuat pak arya sepenuhnya mencintaimu bukan mencintaiku. Tapi aku rasa sikapku salah. Maafkan aku”
“apa yang harus aku lakukan? Aku mencintai pak arya namun aku tak bisa menerima jika dia hanya menjadikanku pelampiasan. Aku paham mungkin mata ini yang memberitahunya jika chika kembali hidup dan menyatu dalam tubuhku. Dan hati ini juga yang meyakinkan dia jika aku adalah kamu. Aku sakit menerima kenyataan ini. Aku bukanlah dirimu.”
“maafkanlah dia jika kamu benar sayang dan cinta padanya. Kembalilah merajut cerita dari awal. Dan buat dia melihat dirimu sepenuhnya bukannya melihat diriku yang menampung hidup dalam dirimu. Kau harus bisa dan aku akan pergi dengan tenang dan tak kan menghantuimu lagi. Hanya dengan melihat pak arya dapat move on dariku dan menemukan orang lain yang pantas untuknya yang dapat membuat aku bahagia dan pergi dengan senyuman ringan.”
“tidak!!! Aku tidak kan meneruskan ini. Sudah cukup sakit diriku dan aku akan mengakhiri cinta ini untuknya. Aku akan berhenti dalam keadaan ini. Aku menyerah… aku tak sanggup lagi..”
“tidakk! Kamu harus tetap berjuang demi cintanya”
“apakah dengan aku bertahan dia kan berubah? Apa jaminannya? Tak ada kan? Ini semua akan percuma dan hanya akan menjadi harapan yang sia-sia. Aku tak kan membiarkan diriku kecewa untuk kedua kalinya. Tidak akan pernah..”
Aku meninggalkan tempat itu dan kembali ke sekolah. Di depan seluruh teman-teman satu kelas aku kembali memberontak
“kalian.. kalian semua jahat. Kenapa gak ada satu orang pun yang memberitahuku tentang chika? Kenapa tak ada yang melarangku saat aku pacaran dengan pak arya? kenapa? Aku ini visya bukan chika. Apakah selama ini kalian hanya melihat chika dalam diriku? Tak sedikitpun kalian melihat visya?”
“ka, maksud ki..” heru menyaut. Tapi belum selesai dia berkata visya menyerang ucapannya.
“ka? Aku paham kan pada kalian sekali lagi aku bukan chikaa, aku bukan chikaa aku ini visya. Tolong.. tolong jangan panggil aku chika.. aku bukan chikaaa, arrghhh”
Meta datang dan menenangkan diriku. “aku bukan chikaaa, aku bukan chikaaa” aku berkata dengan suara yang hampir tak terdengar orang karena ditemani dengan tangisan serta serak dari tenggorokkanku. Meta dan dian memelukku dan mereka menangis bersamaku. “visya, maafkan kita karena kita tak memberitahumu tentang chika, kita masih terpukul karena kehilangan chika. Kita gak mau kehilangan sosok teman yang baik seperti chika lagi. Saat kita pertama melihatmu jujur hanya bayangan chika yang ada, kita udah coba untuk menghilangkan bayangan itu tapi kita tak bisa, terlebih saat tau ternyata mata dan hati chika diberikan padamu. Maafkan kita visya”. Aku tak dapat berkata apa pun hanya air mata yang mengungkapkan perasaanku. Di tengah derasnya air mata yang membasuh tanah sepintas otakku teringat pak arya. aku pun langsung melepas pelukan meta dan juga dian dan bergegas mencari pak arya.
Sekeliling sekolah telah aku cari namun aku tak dapat menemukan laki-laki yang aku cinta itu. Entah angin apa yang menerjangku hingga aku kembali menuju taman belakang sekolah. Dan benar pak arya berada disana. Aku menghampirinya dan memeluknya dari belakang. Dia menangkap tanganku yang memeluknya. “visya, maafkan saya” hanya kata itu yang dia ucapkan berkali-kali. Dan aku hanya dapat menjawab “iya”. Dan saat itu juga aku bilang
“kita sudahi cukup disini”
“maksud kamu?”
“aku gak ingin dijadikan pelampiasan cintamu”
“tapi sya..”
“sudahlah, aku paham kamu masih cinta pada chika, walau dia telah tiada. Sekalipun kehadiranku di sisimu itu tak kan menggoyahkan cintamu padanya”
“I can repaire my mistake. I promise”
“I’m not need your promise, and I believe that you will not can do it.”
“sya, beri aku kesempatan satu kali lagi, please”
“maaf pak, (aku melepas pelukanku) aku sudah tak sanggup lagi. Untuk pertama kalinya aku dimainkan oleh cinta, dan aku tau itu sangat sakit. Good bye, thanks for your love to me I’ll always remember it.”
“sya, tunggu…”
Aku meninggalkan pak arya sendiri di dekat jurang itu. Dan hari itu juga menjadi hari yang sangat menyakitkan karena aku harus berhenti mencintai seseorang yang sangat aku cinta. Aku sadar cinta tak selamanya indah, cinta tak selalu memiliki. Oleh karena itu aku lebih memilih untuk menghindarkan perasaan itu daripada harus menahan sakit hati yang berlarut-larut..